Friday, May 4, 2012

Jika Kamu Menjadi Eli Sugigi

Pemilik agen pengerah penonton lain adalah Eli Suhari alias Eli Sugigi alias Mpok Eli, pemilik Eli Agency. Dari hasil jerih payahnya itu, dia kini punya kemampuan finansial untuk ke salon, membeli baju bermerek, dan makan di restoran. "Dulu saya jelek banget. Rambut saya enggak begini, pendek, bajunya juga enggak bagus kayak sekarang," katanya sambil menyentuh rambutnya yang spiral di bagian ujung.

<<-- Ini petanya, tempat Resepsi Mpok Eli

Mobil Suzuki Aerio kini juga menghiasi garasi rumah kontrakannya. Mobil hitam itu dibeli secara tunai empat bulan lalu. "Sekarang lagi cari-cari rumah. Sudah lama hidup ngontrak," kata janda dua anak itu.

Eli merasa punya keunikan, bisa melucu. "Makanya saya rajin ke Trans TV, niat saja nonton acara Ngelenong Nyok, Extravaganza,” katanya. Hal itu dilakoni sejak 2006. “Perjalanan hidup aku susah, dari orang susah," kata perempuan kelahiran Jakarta, 16 Oktober 1971, itu.

Awal 2007, dengan modal Rp 10 ribu untuk ongkos angkutan umum dari rumah kontrakannya di kawasan Joglo, Jakarta Barat, ke Trans TV di Mampang, Jakarta Selatan, menjadi tonggak berdirinya Eli Agency.

Salah seorang karyawan Trans TV meminjami Rp 300 ribu untuk modal awal. "Orangku cakep-cakep, rame-rame, bisa merekrut mahasiswa, akhirnya banyak yang minta," tuturnya bangga.

Dimulai dari sepuluh orang, jumlahnya terus bertambah. Kini Eli sanggup memasok kebutuhan sekitar 500 penonton untuk acara musik Derings. "Alhamdulillah, sekarang ada uang Rp 250 juta untuk modal buat diputar," kata Eli Sugigi. Dia dijuluki begitu karena punya gigi unik.

Sekarang setiap hari Eli memasok penonton di dua atau tiga acara berbeda. Kadang sampai empat acara. Dia pun selalu hadir mendampingi mereka. "Saya harus ikut mengatur, ikut teriak-teriak juga. Sering kalau acara musik, ada yang berantem, saya sendiri yang memisahkan," ujarnya.

Bukan hanya di Trans TV, beberapa stasiun TV lain juga banyak memesan kepadanya. Bahkan Eli sampai menolak permintaan, terutama untuk acara sahur dan berbuka puasa. "Yang saya terima yang minta duluan saja. Jadi untuk berbuka puasa di acara BBB di Global TV, kalau sahur di sini (Trans TV, red)," paparnya.

Untuk memenuhi semua kontrak kerjanya itu, Eli dibantu lima koordinator lapangan. Kelima orang itu sebagian besar diberi tugas mencari orang.

Selain mendapat gaji tetap, kelima tangan kanan Eli itu setiap hari makan di rumah Eli yang kini mengontrak di kawasan Mampang, Jakarta Selatan. "Salah satunya saya kasih kendaraan, sepeda motor. Itu bekas saya sebelum beli mobil. Semuanya juga saya kasih handphone," ungkapnya.

Eli mendapatkan uang untuk menghidupi perusahaan itu dari kontrak dengan stasiun TV yang rata-rata dihitung per episode. Nilainya beragam. "Rata-rata per dua acara bisa (dapat keuntungan bersih) Rp 3 juta. Kalau lebih, ya bisalah bersih sehari Rp 4 juta. Tapi ada waktu libur juga, enggak setiap hari," jelasnya.

Tidak mudah bagi Eli untuk memulai karier di bidang itu. Suaminya tidak mendukungnya sehingga Eli sering berbohong agar mendapat izin. Akhirnya dia harus bercerai dari sang suami.

sumber: http://www.jambi-independent.co.id

Para Pengerah Penonton Bayaran Pendukung Acara Televisi
Penghasilan Sebulan Rp 45 Juta Plus
AGUNG-SUGENG, Jakarta

1 comment:

  1. "Hi!..
    Greetings everyone, my name Angel of Jakarta. during my
    visiting this website, I found a lot of useful articles, which indeed I was looking earlier. Thanks admin, and everything."
    Ejurnalism

    ReplyDelete